needdesignpartner

reblog http://weneeddesignpartner.blogspot.com/

you will need designpartner

Posts

Comments

Blogger

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: Unknown Posted date: 01.54 / comment : 0


    MUHAMMAD IBN ABDULLAH IBN ABDUL MUTHOLIB, S.I.Kom.I.

    Mengapa judul tulisan ini seperti itu? Itu sengaja saya berikan, karena bentuk terima kasih terhadap seseorang yang mempunyai jasa besar di dunia namun tidak menempuh jenjang pendidikan sarjana seperti apa yang saya lakukan. Moh Hatta saja tanpa sekolah diberi gelar insinyur, padahal dia hanya merubah bagian kecil dari dunia (Indonesia).


    SEJARAH PR (PUBLIC RELATIONS)
    Public relations yang dikenal dengan Humas adalah hasil dari perkembangan praktik humas pada masa lalu. PR merupakan kegiatan yang dari dulu sudah ada dan dilakukan sejak berabad-abad yang lalu. Namun manusia terlambat menyadari keberadaan PR tersebut.
    PR berusia sama dengan usia peradaban manusia. Bahkan orang-orang primitive sudah menerapkan dan mengetahui seberapa pentingnya PR. Hanya saja mereka belum mempunyai istilah yang pas untuk menamai kegiatan ini. Jika diamati, unsure-unsur bertukar informasi, membujuk, dan mengintegrasikan masyarakat sudah terjadi sejak dulu. Ini terbukti dengan harmonisnya hubungan antar manusia, antar kelompok, maupun manusia dengan kelompok di dalam pergaulan mereka. Hal tersebut terjadi karena adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang saling pengertian, saling menguntungkan antara kedua belah pihak, dan keuntungan berupa kesenangan antar keduanya.
    Public relations memang mulai dikenal pada abad 20-an. Namun secara historis, tehnik-tehnik PR sudah diterapkan sejak zaman dulu. Dan lagi-lagi saya pertegas, manusia terlambat menyadari kegiatan PR ini.
    Dalam sejarah islam, sejarah PR terjadi tatkala Rasul (Muhammad saw) mengutus Ja’far bin Abu Tholib, selaku ketua delegasi umat Islam pada tahun 1 H, untuk menyampaikan dakwah kepada Raja Najasyi di Habsyah. Seain itu beberapa peristiwa PR terjadi pada ceremonial kedatangan Nabi Sulaiman as yang disambut meriah oleh Ratu Balqis karena Nabi Sulaiman diistimewakan oleh Ratu Bilqis. Acara penyambutan tersebut menerapkan praktik PR dalam bidang protokoler, dimana susunan acara disusun secara rapi. Seremonial acara juga menerapkan kegiatan PR seperti adanya penyambutan, adanya MC (Master of Ceremony), dan adanya kepanitiaan yang dibentuk. Acara ini meremajakan Nabi Sulaiman, disertai dengan tujuan agar Nabi Sulaiman merasa dihargai oleh Ratu Balqis. Ratu Balqis-pun menjaga citranya sebagai seorang putri yang kaya raya dan penuh tata krama.
     Aktivitas PR juga diterapkan oleh Ratu Cleopatra saat menjamu kedatangan Mark Anthony. Kedatangan Mark Anthony disambut dengan meriah oleh Cleopatra dengan menunjuk lokasi di tepi sungai Nil. Cleopatra ingin menujukkan keindahan Nil dan menunjukkan keindahan serta kelembutannya sebagai seorang perempuan. Hal ini merupakan pencitraan yang dilakukan oleh Cleopatra untuk Mark Anthony. Cleopatra menginginkan agar pertemuannya dengan Anthony dapat berlanjut dengan hubungan kerjasama yang baik dan menguntungkan keduanya. Cleopatra sebagai pembeli dan Mark sebagai penjual. Kaitan dalam komunikasi adalah “pesan pertama merupakan hal yang penting untuk hubungan selanjutnya”. Artinya jika kesan pertama buruk maka kerjasama itu tidak akan terwujud.
    Praktek selanjutnya dilakukan oleh Gilda. Gilda adalah sekumpulan orang yang mempunyai mata pencaharian sama yaitu berdagang. Awal mulanya mereka berkumpul membentuk organisasi untuk mengurangi persaingan internal (antar anggota) maupun persaingan eksternal (persaingan dagang keluar).  Mereka meningkatkan produksi dan memperluas pasar untuk mendapat keuntungan yang besar. Cara mereka memperluas pasar dengan memberikan informasi kepada khalayak umum sebanyak-banyaknya mengenai apa yang mereka jual. Informasi yang di-share kepada public ini adalah keunggulan produk mereka yang dapat memikat pembeli. Hal ini mempresentasikan PR dalam peranannya sebagai komunikator. Mereka menyebar informasi sebanyak mungkin mengenai produk mereka agar tujuan dari Gilda dapat tercapai, yakni mendapat laba sebesar-besarnya.
    Pada abad XVIII adalah Thomas Jefferson yang menyampaikan istilah Public Relations pada kongres X yang dilaksanakan di Amerika Serikat tahun 1807. Saat itu istilah PR disampaikan Jefferson dan dihubungkan dengan Foreign Relations.
    Tahun 1882, di Yale Law School, digunakan istilah PR dalam pidato sambutan dengan judul “The Public Relations and Duties of The Legal Profession”. Istilah ini juga tercantum dalam The Yearbook of Railway Literature tahun 1897, dimana penggunaan ini digunakan dengan menghubungkan American Railway.
    Kemudian Edward I. Bernays, menyampaikan kepada publik bahwa dirinya berhak diberi gelar The Father of Public Relations karena jasanya mengenalkan kepada dunia tentang PR. Dia memberikan julukan kepada dirinya sendiri karena jasanya mengenalkan istilah PR melalui bukunya Crystallizing Public Opinion yang terbit tahun 1923. Akan tetapi ada juga yang menganggap penemu Modern Public Relations adalah Ivy Lee. Karena pada tahun 1921 ia telah memulai menerbitkan sebuah bulletin dengan nama Public Relations di NY. Sebelumnya Ivy Lee sudah dikenal oleh masyarakat luas karena jasanya kepada Pennsylvania Railroad. Sebuah perusahaan perkeretaapian dimana Lee menjabat sebagai Executive assistant to the president, dan hal itu merupakan pengangkatan pertama kali seorang PR dengan tingkat Policy Making. Dengan masuknya Lee, perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang sangat besar. Oleh karena itu sebagian orang  menyebut bapak Public Relation adalah Ivy Lee.

    PR (PUBLIC RELATION) DALAM ISLAM
     Dalam Tadzkiratud Daulat karya Ustadz Bahiyul Khuli mendefinisikan dakwah sebagai suatu sistem komunikasi yang ditimbulkan dari interaksi antara individu maupun kelompok manusia yang bertujuan memindahkan umat dari situasi yang negative (Jahiliyah) ke situasi yang positif. Definisi ini sama dengan makna dari Public Relations, yaitu komunikasi yangn bertujuan untuk menciptakan hubungan harmonis antara perusahaan/intuisi dan publiknya, serta untuk menciptakan opini publik yang positif mengenai perusahaan tersebut.
    PR dalam islam memang identik dengan dakwah yang bertujuan untuk mengenalkan islam pada manusia. Pada era Rasul, sejarah PR bermula saat Rasul memerintahkan Ja’far bin Abu Tholib untuk menyampaikan dakwah kepada Raja Najasyi di Habsyah, seperti yang sudah diulas di atas.
    Landasan nabi memilih Ja’far bin Abu Tholib karena Ja’far merupakan seorang (PR) yang tepat dalam mengemban misi tersebut. Ia dipercaya memiliki kriteria PR yang baik. Misalnya Ja’far mempunyai kemampuan dalam ilmu perbandingan agama, menghafal Qur’an, memiliki nalar akademik yang sistematis, maupun kemampuan retorika yang mampu mengikat lawan bicara. Itulah penugasan pertama dari penerapan PR dalam Islam.
    Memang tidak dapat dipungkiri, orang yang paling sukses menjadi PR adalah Muhammad saw, dengan dakwah islam yang mampu diterima publik. Muhammad saw mempunyai potensi yang luar biasa yang mendasari Michael H. Hart -seorang penulis barat- dalam bukunya yang terkenal, “The 100 Ranking of Most Influental Person in History”, menempatkan nama Nabi Muhammad di posisi wahid. Hal ini tidak lepas dari kegemilangan Muhammad dalam memimpin dan menyebarkan islam.
    Seperti yang kita ketahui bahwa Muhammad berhasil menyebarluaskan islam dengan singkat ke seluruh dunia. Dalam proses penyebarluasan itu juga melalui berbagai rintangan. Namun pada akhirnya dunia menyaksikan islam  dalam waktu singkat. Yang kemudian merambat dari Arab menyebar menyusuri wilayah Asia, Afrika, hingga di seberang Eropa.
    Menurut L. Stoddart dalam bukunya The New World of Islam menyatakan, bangkitnya islam merupakan suatu peristiwa paling menakjubkan dalam sejarah manusia. Hanya dengan waktu singkat –satu abad- islam hampir mengenangi seluruh bagian bumi. Dari sebuah suku yang terbelakang dan berada di padang tandus, islam mampu menghancurkan kerajaan-kerajaan besar dan memusnahkan beberapa agama besar yang sudah bernama sebelumnya. Muhammad mengadakan revolusi berfikir dalam jihad an bangsa, serta membina satu dunia baru, yaitu dunia Islam.
    Pertama kali Rasul berdakwah, masyarakat islam berada dalam kejahiliyahan dan mempunyai moral yang buruk. Sementara peradaban Arab tidak mempunyai nilai sama sekali. Dari situasi itulah Muhammad mendapat utusan dari Allah untuk membenahi moral dan budi pekerti mereka. Dan Rasul tentunya berhasil dan merubah suasana arab dari kejahiliyahan menjadi masyarakat yang beriman dan bertauhid. Merekapun (tabi’in) mulai menjadi pengikut setia Nabi Muhammad saw.
    Kesuksesan inilah yang menjadi pekerjaan bagi peneliti sejarah. Kesuksesan inilah yang perlu dipelajari dan diketaui sebagai pedoman bagi pelaku public relations mengenai sifat dan sikap nabi Muhammad dalam berdakwah, mengajak manusia ke jalan yang benar dengan mengadakan komunikasi dengan mereka. Sehingga tujuan dari perluasan islam dapat tercapai.

    Literasi
    Firdaus, Iqra. 2013. Kiat Hebar Public Relations ala Nabi Muhammad Saw. Yogyakarta: Diva Press.
    Stoddart, L. 1996. The New World of Islam. Jakarta: Panitia Penerbit.

    icon allbkg

    Tagged with:

    Next
    Posting Lebih Baru
    Previous
    Posting Lama

    Tidak ada komentar:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says